Di salah satu sudut Pasar Gede Solo, Toko Kopi Podjok berdiri dengan tenang, nyaris tanpa perubahan penampilan yang berarti sejak awal berdirinya, menurut informasi para pedagang sekitar maupun pengunjung yang datang. Tidak ada papan besar atau etalase mencolok, namun bagi pencinta kopi terutama warga asli Solo, tempat ini adalah rujukan. Di sinilah kopi tidak diperlakukan sebagai komoditas musiman yang mengikuti arus jaman, melainkan sebagai kebutuhan hidup yang konsisten, jujur, dan dapat diandalkan.
Toko Kopi Podjok merupakan salah satu penjual kopi bubuk dan biji kopi tertua di Solo. Usaha ini dirintis oleh Liem A Mee pada tahun 1947, bermula dari usaha rumahan. Kopi racikannya dijajakan keliling menggunakan pikulan di kampung-kampung sekitar daerah Warung Miri, Solo. Dari situlah warga Solo mengenal kopi buatan Liem A Mee dengan nama Kopi Angkring yang sekarang menjadi signature brand Toko Kopi Podjok.
Sejak 1963 dan bertahan pasca banjir besar yang melanda Solo, toko kopi Liam A Mee menetap di Pasar Gede, di salah satu sudut pasar yang kemudian menjadi nama usahanya, Toko Kopi Podjok. Sejak saat itu, kopi menjadi bagian dari denyut pasar, berpindah dari tangan ke tangan, dari karung ke cangkir, tanpa banyak perubahan cara, hingga hari ini.

Fokus utama Toko Kopi Podjok sejak awal adalah penjualan kopi bubuk, dari berbagai daerah di Indonesia, mulai dari Sumatra hingga Sulawesi. Beragam jenis kopi tersedia di kaleng dan toples besar di toko, namun kopi robusta asal Dampit, Malang, menjadi yang paling banyak diterima dan dicari pelanggan. Racikan kopi berbasis robusta Dampit, menjadi tulang punggung penjualan toko dengan merk Kopi Angkring, yang selain cocok untuk konsumsi harian di rumah, juga menjadi andalan warung angkringan di Solo dan sekitarnya, menjadikannya bagian dari lanskap sosial kota.
Kopi bubuk Podjok dijual dalam kemasan sederhana, mulai dari bungkus kertas kopi bercap stempel berlapis plastik hingga kemasan saset rentengan. Desainnya nyaris tak berubah selama puluhan tahun. Bagi pelanggan lama, kemasan itu justru menjadi penanda kontinuitas: rasa yang sama, dari waktu ke waktu.

Penjualan biji kopi di Toko Kopi Podjok masih bertahan pada pola rantai penjualan tradisional, menjadi penghubung antara produsen kopi dan konsumen akhir, baik rumah tangga, angkringan, maupun pelaku usaha kecil. Biji kopi dibeli dalam jumlah besar, diseleksi berdasarkan pengalaman, lalu dijual kembali dengan pendekatan kepercayaan. Tidak ada klaim berlebihan, sertifikasi berlapis, narasi pemasaran panjang.

Selain menjual biji dan bubuk kopi, Toko Kopi Podjok juga menyajikan minuman kopi dan coklat yang bisa dinikmati di lokasi. Sambil menyeruput es kopi di tengah hari yang saat itu cukup terik di Solo, saya mengamati interaksi antara pelanggan dan pelayan toko yang berlangsung tanpa jarak. Percakapan mengalir singkat namun akrab, sering kali tentang kopi yang akan dibeli untuk konsumsi keluarga, atau stok warung dan usaha yang mereka kelola. Ada juga yang sekadar bertukar kabar sambil menunggu kopi pesanannya disiapkan, santai tanpa kesan terburu-buru. Di momen-momen kecil itulah terasa bahwa Podjok bukan hanya tempat jual beli, tetapi ruang pertemuan, tempat kepercayaan dibangun lewat kebiasaan yang terus diulang dari hari ke hari.

Menariknya, sebagian pembeli biji kopi Podjok juga berasal dari pelaku coffee shop kekinian. Tanpa informasi cupping score atau tasting notes kompleks, mereka menggunakan kopi Podjok sebagai bahan blending. Ini menunjukkan bahwa rantai pasok tradisional tidak serta-merta kalah oleh dunia perkopian modern. Pendekatan yang mengandalkan pengalaman rasa yang telah teruji oleh waktu, membuat Podjok tetap relevan dan bisa ikut serta menopang ekosistem kopi yang ada saat ini.
Dengan terus meningkatnya harga kopi seiring harga pasaran, bubuk dan biji kopi di Toko Kopi Podjok tetap relatif terjangkau. Kebijakan ini mungkin mencerminkan tujuan bisnis, kopi harus bisa diakses oleh semua kalangan. Tidak mengejar eksklusivitas, melainkan keberlanjutan. Dengan menjaga harga, kualitas, dan konsistensi, Toko Kopi Podjok yang saat ini dikelola oleh generasi ketiga, mampu bertahan lintas generasi tanpa kehilangan pelanggan inti dengan tetap setia menjaga rasa.
📍Toko Kopi Podjok
Jl. Utara Pasar Besar No.20, Sudiroprajan, Jebres
Surakarta, Jawa Tengah