Nyok, Kenalan Sama Kampung Ondel-ondel di Jakarta

Sebelum Ondel-ondel resmi dilarang digunakan sebagai sarana ngamen, ke mana pun kita pergi ke seluruh penjuru Jakarta, rasanya mudah untuk bertemu rombongan Ondel-ondel yang diarak berombongan lengkap dengan musik pengiringnya.

Belakangan, saya lebih mudah menemukannya di daerah pinggiran. Kalau pun bertemu di tengah kota, lebih sering dalam kondisi sedang diangkut untuk dikirim ke sang pemesan.

Dari mana mau ke mana sih Ndel?

Biar tahu dari mana asalnya, saya ajak kamu untuk berkunjung ke salah satu Kampung Ondel-ondel Kramat Pulo, di Jalan Kembang Pacar, Jakarta Pusat. Begitu memasuki kawasan yang cukup padat ini, ngga perlu bingung cari-cari, dengan mudah dapat kita lihat para pengrajin sanggar sibuk melakukan proses produksi di pinggir jalan.

Ada yang sedang mempersiapkan rangka. Rangka setinggi kurang lebih 2,5 meter berbahan bambu ini dibuat berongga dengan diameter sekitar 80 cm, agar orang bisa masuk ke dalamnya. Bilah bambu dibentuk sedemikian rupa, sehingga memudahkan orang yang akan memikulnya nanti.

Setelahnya, bagian tubuh akan ditutup pakaian dan diberi rongga kecil sebagai celah bagi pemain untuk melihat ke luar. Ondel-ondel laki-laki mengenakan baju sadariah atau model baju koko, lengkap dengan cukin, dalam pilihan warna-warna yang cenderung maskulin. Ondel-ondel perempuan mengenakan model baju kurung atau kebaya encim berwarna cerah, lengkap dengan selendangnya. Bahan bajunya lumayan gengs, bisa mencapai 20 meter untuk sepasang.

Bagian kepala memiliki rambut ijuk yang diberi hiasan kembang kelapa. Kembang kelapa ini konon sebagai simbol bahwa dulu, wilayah Betawi yang berada di pesisir utara Jawa banyak punya pohon kelapa.

Bagian wajahnya disebut kedok, atau topeng. Dahulu dibuat dari kayu yang dipahat, lalu berubah memakai bubur kertas yang dicetak. Belakangan, bagian wajah menggunakan topeng berbahan fiber.

Ondel-ondel perempuan digambarkan dengan wajah putih berpenampilan cantik, dengan mimik yang lembut, alis melengkung, memakai gincu merah, pemerah pipi, perona mata dan bulu mata lentik.

Sementara Ondel-ondel laki-laki, berwajah merah, bermata besar berkesan melotot, dengan kumis melintang, alis tebal serta cambang. Dahulu, pada masa Ondel-ondel masih digunakan sebagai sarana penolak bala, wajahnya juga diberi taring untuk memberikan kesan seram.

Tidak ada catatan khusus kapan Ondel-ondel mulai ada, salah satu versi menyebutkan berawal dari budaya orang-orangan sawah yang disebut bebegig. Ini sejalan dengan catatan seorang pedagang asal Inggris W. Scott yang menulis bahwa tahun 1605 di telah ditemukan boneka yang dipersonifikasi sebagai leluhur penjaga kampung guna mengusir roh halus. Saat itu boneka tersebut memiliki wajah menyeramkan dan saat membuatnya memerlukan ritual khusus.

Versi lain saya baca di satu jurnal penelitian tentang asal usul Ondel-ondel dan proses penyebarannya. Disebutkan bahwa Ondel-ondel ini dibawa masuk oleh orang-orang Ponorogo yang tergabung dalam pasukan Mataram pada masa penyerangan ke Batavia. Saat itu belum disebut sebagai Ondel-ondel, melainkan barongan.

Nama ondel-ondel ditengarai muncul dan menjadi populer saat Benyamin Sueb menyanyikan lagu “Ondel-ondel” pada 1970-an. Sejak itulah kata Ondel-ondel perlahan menggantikan barongan.

Versi ini terkonfirmasi oleh keterangan Bang Firli, generasi kedua dari pendiri Sanggar Mamit cs, salah satu pelopor sanggar Ondel-ondel di Kramat Pulo. Di awal-awal masa Sanggar Mamit cs berdiri sebagian masyarakat masih menyebut sebagai barongan dan juga masih menjalankan ritual dunia lain (ngukup) sebelum melaksanakan tugas tolak balanya.

Peran Ondel-ondel berubah saat mulai hadir sebagai hiburan dalam acara hajatan atau pesta masyarakat Betawi. Ondel-ondel juga jadi pertunjukan keliling kampung dengan bayaran saweran dari warga. Dan selanjutnya bertransformasi menjadi ikon yang selalu ditampilkan pada acara perayaan Kota Jakarta.

Kalau berkunjung ke Kampung Ondel-ondel di Kramat Pulo, pengunjung juga bisa membeli Ondel-ondel untuk oleh-oleh lho. Miniatur setinggi 20 cm, dijual dengan harga Rp 50.000 sepasang. Yang tingginya 40 cm, dijual dengan harga Rp 150 ribu sepasang. Beli satu aja juga boleh kok.

Mau beli yang besar? Harganya mulai dari Rp 2,5 – 4 juta sepasang, tergantung ukurannya. Ngga mau beli, mau sewa aja untuk acara-acaramu, bisaaaaa, tarifnya mulai dari Rp 500 ribu sepasang. Kamu bisa langsung hubungi Bang Firli di nomor 0812-2031-4623, untuk lebih jelasnya.

Btw, kawasan sentra ondel-ondel tidak hanya di Kramat Pulo ini ya gengs, ada juga di Utan Panjang Kemayoran, Petojo, Setu Babakan dan lain-lain dan pekerja seni sanggar Ondel-ondel tergabung dalam KOJA, Komunitas Ondel-ondel Jakarta. Kapan-kapan semoga ada waktu berkunjung ke yang lainnya.

Leave a Comment