Wisma Karya, Tempat Sosialita Subang (dulu) Berkumpul

Melanjutkan cerita dari Subang yang sudah tayang sebelumnya, kali ini saya akan cerita salah satu jejak peninggalan masa keemasan di mana Subang masih dikenal sebagai Pamanoekan en Tjiasemlanden korporasi perkebunan bawah pimpinan Meneer Peter William Hofland, De Societeit Soebang.

Belum hilang rasa takjub dari bekas gedung kantor pusat P&T Land kemarin, rasa itu muncul lagi saat saya berdiri di depan gedung, memandang dari arah selatan, Jalan Ahmad Yani, yang dulunya adalah jalur utama penghubung Bandung Subang, via Lembang. Rasanya mirip sekali dengan saat saya memandang Istana Bogor dari arah utara, Jalan Sudirman, yang dulunya adalah jalur utama penghubung Batavia Buitenzorg. Tampaknya gedung-gedung ini memang didesain sedemikian hingga berkesan menyambut tamu dari luar kota yang datang berkunjung.

Di beranda depan, kita bisa menemukan plakat peresmian gedung yang dilakukan oleh Mrs W.H. Daukes pada 14 Januari 1929, kemarin saya berkunjung di tanggal 24 Januari 2024, di usianya yang baru saja menginjak 95 tahun. Bangunannya masih kokoh, ngga heran lah ya, produk kolonial memang sepertinya didesain untuk berusia panjang. Biro arsiteknya bukan nama asing buatmu yang sering blusukan ke bangunan-bangunan kolonial, Architecten en Ingenieur Bureau Fermont Cuijpers Weltevreden.

Gedung societeit ini diresmikan 57 tahun setelah wafatnya Hofland, diperkirakan sebelumnya sudah pernah ada dengan bentuk yang berbeda. Di bagian depan gedung dulu didirikan monumen Meneer Hofland, yang patungnya sempat hilang setelah dipindahkan ke makamnya, lalu ditemukan kembali dan sekarang kembali disimpan di gedung ini.

Fungsi gedung societeit ini, sesuai dengan namanya adalah sebagai tempat hang out-nya para pejabat perkebunan P&T Land, selain lantai dansa, pemandu museum menjelaskan, dulunya fasilitasnya cukup lengkap, ada meja billiard, lintasan bowling, dan di sisi kiri gedung ada padang golf!! Sisa padang golf masih bisa kita lihat gengs, sekarang jadi Alun-alun Subang. Ah, untuk urusan ini Jakarta yang jejak societeit-nya sudah lenyap perlu minder. 😁

Hari ini kita landmark Subang ini dikenal sebagai Wisma Karya, dan masih jadi tempat jadi tempat hang out gengs. Menurut informasi, karena letaknya yang strategis di jantung kota, di akhir pekan, warga banyak yang nongkrong di sekitar gedung. Masyarakat justru ngga banyak tahu kalau gedung ini ada museumnya juga.

Museum Subang, di luar ekspektasi saya, koleksinya ternyata cukup menarik. Menceritakan perjalanan Subang sejak masa pra sejarah, kerajaan, kolonial hingga kini. Displaynya juga menarik, kekinian dan ngga membosankan. Andai saya punya waktu cukup panjang, mau juga baca satu per satu.

Yang perlu diperbaiki dari Museum Subang ini pelayanan pemandu museum dan air conditioner yang memadai. Di beberapa titik, sirkulasi udara kurang baik, pengapnya bikin ngga tahan berlama-lama dalam ruangan. Untuk pemandu, mungkin bisa studi banding ke Museum Gedung Sate Bandung, atau setidaknya bisa lah ya makan siangnya gantian jangan semua ngumpul bancakan di area yang bisa dilihat pengunjung, sementara pengunjungnya dibiarin gentayangan sendiri 😁😁. Yuk bisa yuk!!

📍Wisma Karya / Museum Subang
Instagram: @uptdmuseumsubang
Jl. Ade Irma Suryani Nasution No.2, Karanganyar, Cigadung, Kec. Subang, Kabupaten Subang, Jawa Barat

Jam buka:
Senin - Minggu (kecuali Harlibnas)
08.00 - 15.00
Tiket masuk: gratis

Museumnya mudah dicari, dipandu gmaps insya Allah ngga nyasar, area parkir ada di bagian samping kanan belakang gedung, seberang Hotel Betha.

Leave a Comment