Cerita dari Cipanas

Bolak balik dilewati dalam perjalanan ke arah Bandung atau Cianjur dan sebaliknya, tapi tidak pernah mampir ke Cipanas. Pernah sih beberapa tahun lalu dalam kunjungan ke Istana Cipanas, tapi khusus ke situ saja.

Biasanya malah paling bete kalau sudah sampai di sekitar pasar, karena ruwetnya, tapi kali ini saya malah niatkan mampir.

Tujuan utamanya ke Pasar Cipanas, gara-gara dapat informasi soal toko kopi bubuk jadul yang cukup legendaris di kawasan Cipanas yang jadi andalan warga setempat  untuk memenuhi kebutuhan kafein harian.

Toko Kopi Singa Mas, Pasar Cipanas

Toko kopi Singa Mas, kalau dibandingkan dengan toko-toko kopi jadul yang pernah saya kunjungi di kota-kota lain terhitung belum terlalu tua. Tapi kalau dihitung dari tahun berdirinya di 1980, eh ya lumayan juga, 45 tahun bukan waktu pendek untuk sebuah bisnis.

Kiosnya tidak terlalu besar, terselip di antara kios-kios yang berjualan bahan pangan di lantai dasar. Selain jual kopi, kios ini pun juga berjualan dendeng dan abon sapi.

Toples-toples kopi

Saya hitung, tak lebih dari lima toples berlabel merk Singa Mas berukuran besar menampung biji kopi yang didominasi jenis robusta. Menurut penjualnya, rata-rata ini biji kopi asal Sumatra, jenis yang paling laku terjual di sana. Satu toples berlabel Gede Pangrango berisi kopi arabika asli dari kebun-kebun sekitar Cipanas dan Cianjur. Saya pilih sekilo kopi untuk dibawa pulang, robusta tentu saja.

By the way, ada yang unik di pasar ini lho. Ada pemandian air panas indoor di area basement. Airnya dialirkan dari sumber air panas alami yang ada di belakang pasar. Terdapat sumber air panas juga di dalam kawasan Istana Cipanas yang jaraknya relatif dekat dengan pasar. Saya jadi paham, mengapa daerah ini dinamakan Cipanas, alias air (yang) panas.

Kunjungan ke pasar Cipanas hari itu membuahkan bonus menemukan bangunan tua di sekitarnya. Salah satunya ini

Kantor Pos Sindanglaya, Cipanas

Ini adalah Kantor Pos Sindanglaya Cipanas, yang kalau dilihat bentuk bangunannya, pastilah berusia cukup tua. Saya belum berhasil menemukan catatan sejarahnya, masih bertanya-tanya apakah kantor pos ini dibangun di periode waktu yang sama saat pembangunan Istana Cipanas di 1740an. Atau dibangun bersamaan dengan pembangunan jalan raya pos alias jalur Daendels di awal 1800an. Saat ini masih berfungsi sebagai kantor pos, halamannya dimanfaatkan untuk lahan parkir pengunjung pasar, termasuk saya.

Restoran Cipanas

Masih sederatan dengan pasar dan kantor pos, ada sebuah restoran berdesain lama. Gen X dan (mungkin) sebagian milenial pasti hafal betul rumah makan jaman dulu rata-rata penampakannya seperti ini. Lokasinya biasanya berada di jalan utama dalam kota atau jalan-jalan provinsi dan nasional.

Ingatan saya mengembara ke roadtrip-roadtrip masa lalu, hampir di setiap kota pasti ada restoran seperti ini. Sebagian masih bertahan sampai sekarang, seperti halnya restoran Cipanas ini.

Terima kasih Cipanas, lumayan banyak cerita dari kunjungan singkat kali ini. Lain kali siapa tahu bisa lebih lama waktu berkunjung untuk ngulik-ulik Cipanas.

Leave a Comment