Waktu rumah saya masih di Bukit Golf Cibubur, setiap kali menuju rumah kalau dari arah Depok via Pekapuran, pasti lewat Kebayunan ini. Dan selalu mikir, kalau Kebayoran berasal dari ke-(kayu)bayur-an, Kebayunan apa dari kayu Bayun ya? Memangnya ada? 😁
Ternyata bukan, disebut Kebayunan karena sebuah tempat, dimana masyarakat sekitar mengenalnya dengan Makam Keramat Mbah Bayun. Lalu siapa kah Mbah Bayun yang dimakamkan di sini?
Salah satu versi cerita yang paling banyak dikenal masyarakat, beliau adalah Roro Sekar Pembayun, putri Panembahan Senopati, raja Mataram Islam, eyang putri dari Nyimas Utari.
Maka setelah kemarin mengunjungi peristirahatan terakhir Nyimas Utari, srikandi telik sandi putri Mataram, tak lengkap rasanya kalau tidak sekalian berkunjung ke sini. Jaraknya tak terlalu jauh, hanya sekitar 4,6 km, masih dalam wilayah Kecamatan Tapos juga.


Makam Mbah Bayun berada dalam komplek makam wakaf dan dikelola secara swadaya oleh warga Kebayunan. Sebuah bangunan pelindung memisahkan makam Mbah Bayun dan beberapa pengikutnya dengan makam warga.
Di dalam bangunan, ada beberapa makam orang-orang yang sebenarnya tidak ada kekerabatan dengan Gusti Roro Pembayun, diyakini ada makam Bagus Wonoboyo, putra Gusti Roro Pembayun sekaligus ayah dari Nyimas Utari.
Tidak ada penanda atau nisan bertatahkan nama. Hanya sebuah tulisan dalam pigura menempel di dinding sebagai penanda.

Makam Mbah Bayun ditandai sebagai satu-satunya makam yang ditumbuhi pohon besar.

Sementara makam putranya Bagus Wonoboyo, terletak di paling belakang. Juga tanpa nama.

Ini ada alasannya. Penjelasan dari penjaga makam yang saya temui kemarin: pertama, ada banyak klaim yang berbeda tentang siapa Mbah Bayun yang dimakamkan di sini, ada versi Mataram, Cirebon, Banten.
Kedua, versi yang menyatakan bahwa sebenarnya ini bukan makam, melainkan hanya petilasan saja. Makam Gusti Roro Pembayun ada di Pasarean Karanglo, Bantul. Saya pernah juga berkunjung ke sana, di sana beliau dimakamkan berdampingan dengan emban atau abdi dalemnya Nyai Riya Adisara. Tak jauh dari makam Ki Ageng Karanglo.
Lalu mengapa sebagai putri Panembahan Senopati makamnya tidak berada di komplek makam keluarga raja-raja di Kotagede? Mengapa di Karanglo, dan mengapa pula ada versi makamnya jauh berada di Tapos, Depok?
Versi Tapos dulu ya. Jadi setelah suami beliau Ki Ageng Mangir wafat dalam tragedi Pisowanan Agung (ini ceritanya panjang, kapan-kapan kalau bisa diceritakan terpisah), Roro Pembayun yg sedang mengandung diungsikan ke Penjawi. Anaknya, Bagus Wonoboyo menikah dengan Nyimas Linggarjati, adik dari kawan seperguruan di Penjawi, Ki Jepra yang makamnya ada di Kebun Raya Bogor. Kepergian Roro Pembayun dan Bagus Wonoboyo ke Tapos adalah untuk menemui keluarga Nyimas Linggarjati sekaligus menjalankan tugas misi rahasia dari Sultan Agung untuk membunuh JP Coen, hingga wafat dan dimakamkan di Tapos.
Versi Karanglo. Setelah kematian Ki Ageng Mangir, Roro Pembayun yang sedang mengandung dititipkan oleh Panembahan Senopati pada Ki Ageng Karanglo dan dinikahkan dengan salah seorang putranya, hingga wafat dan dimakamkan di sana.
Masih banyak versi lain tentang Roro Pembayun ini sebenarnya, ada yang sampai terkait dengan asal usul berdirinya Kebumen. Kalau saya pribadi, lebih sreg dengan versi Karanglo. Yang di Tapos hanya petilasan saja. Mana yang benar? Wallahu a’lam bishawab.
Btw, gara-gara menulis tentang beliau, saya jadi baca ulang semua informasi tentang kisahnya. Kesimpulannya, perempuan sudah sejak lama punya peran dan kedudukan setara dengan laki-laki sebenarnya. Lalu missing link-nya di mana ya, sampai masa Kartini perlu mengusahakan emansipasi perempuan? Saya harus lebih banyak baca ulang sejarah kayaknya.
📍Makam Keramat Mbah Bayun Jl. Kp. Kebayunan, Tapos, Depok (lokasinya mudah dijangkau dengan kendaraan roda empat dengan mengikuti panduan gmaps)