Di film-film produksi Hollywood, kita sering menyaksikan aksi-aksi keren agen rahasia perempuan, kadang sebagai tokoh utama, kadang pendamping. Meski profesi agen rahasia sangat menantang dan sarat risiko, kadang profesi ini harus diperankan oleh sosok perempuan. Paras cantik dan keluwesan perempuan menjadi faktor pengecoh yang kemudian membuat banyak pihak tidak akan mengira bahwa ia adalah agen rahasia dengan kecerdasan luar biasa.
Daaaan, tahukah kamu, Indonesia pernah punya banyak telik sandi putri yang luar biasa. Dalam menjalankan tugasnya, mereka menyamar dalam beragam cara, mulai jadi (maaf) babu / pembantu, penari ledhek atau ronggeng, pebisnis hingga pelacur. Kamu bisa browsing dan akan menemukan banyak tokoh perempuan yang berprofesi atau bertugas sebagai agen rahasia, dan salah satu yang sangat menarik perhatian saya adalah Nyimas Utari, yang makamnya hanya berjarak 13 kilometer dari rumah, berada di balik komplek apartemen megah, Podomoro Golf View, Tapos Depok.
Dari rumah di Ujungaspal, saya menempuh jalur lurus ke selatan melalui Jalan Raya Kranggan, lalu Jalan Raya Cimatis dan lanjut ke Raya Leuwinanggung, sampai tiba di kolong tol Cimanggis, ikuti terus jalurnya hingga persimpangan besar di gerbang utama apartemen PGV. Ambil jalur lurus, jalan di samping gerbang, ikuti arahan googlemaps, hingga sampai ke Gang Tapos BG.


Dari ujung gang, kita masih harus menempuh jarak sekitar 500an meter di sebuah jalan yang pas untuk dilalui satu buah mobil, kalau terpaksa berpapasan agak sulit juga bagi yang tidak terbiasa lewat jalan ini untuk menepi. Jalan ini berakhir di sebuah area pemakaman wakaf warga yang cukup besar, tepat di atas tebing Kali Cikeas yang menjadi perbatasan wilayah Depok dan Bogor. Di seberang sungai tampak, gedung-gedung apartemen tinggi menjulang.
Yang langsung nampak dari parkiran adalah sebuah bangunan beratap dan sebuah bendera merah putih yang ditancapkan di dinding makam.
Makam berkeramik merah muda yang nampak di video itu lah makam Nyimas Utari yang bernama lengkap Raden Ayu Utari Sandi Jaya Ningsih, yang diyakini sebagian masyarakat sebagai agen intelijen perempuan Kerajaan Mataram yang sukses membunuh Gubernur VOC Jan Pieterszoon Coen pada 21 September 1629, 4 hari dan 394 tahun yang lalu.


Jasanya sedemikian besar, namanya pun melegenda hingga hari ini, tapi makamnya nyaris tak diketahui rimbanya selama ratusan tahun setelahnya. Menurut penjaga makam yang saya temui kemarin, masyarakat sekitar lebih dahulu mengetahui keberadaan makam Syekh Auliamudin, yang bernama asli Mahmudin, telik sandi dari Samudera Pasai yang dipasangkan (dan kemudian menikah) dengan Nyimas Utari dalam misi rahasia pembunuhan JP Coen di Batavia. Mahmudin dikenal dengan sebutan, Wong Agung Aceh, sedangkan kelompok telik sandi dalam misi rahasia ini dikenal dengan sebutan Dom Sumuruping Banyu.
Nyimas Utara dan Mahmudin dalam operasinya menyamar sebagai pebisnis yang menjalin kerjasama dengan VOC, dan karena keahliannya menyanyi, Nyimas Utari akhirnya bisa menjadi penyanyi kesayangan JP Coen dan istrinya Eva dan leluasa keluar masuk kastil tempat tinggal mereka. Singkat cerita, pada waktu yang dirasa tepat, mereka berdua memulai misi rahasianya dengan meracuni istri dan anak JP Coen, dan dalam keadaan duka karena kehilangan keluarga, kelengahan JP Coen akibat sering mabuk dimanfaatkan untuk meracun dan kemudian memenggal kepalanya untuk dibawa ke Mataram dan diserahkan pada Sultan Agung. Konon, kepala JP Coen ditanam di anak tangga ke-716 di komplek pemakaman raja-raja Mataram di Imogiri.
Sayangnya, dalam upaya keluar dari benteng kastil, Nyimas Utari terluka parah terkena terjangan meriam. Mahmudin membopong jasad istrinya hingga di ke lokasi makam sekarang. Makam Nyimas Utari baru diketahui sekitar tahun 1990an, saya sendiri baru tahu setelah sempat tinggal di Bukit Golf Cibubur tahun 2015-2016an, yang jaraknya hanya sekitar enam kiloan dari makam. Karena tak ada catatan sejarah yang jelas, kecuali kisah Babad Jawa yang disebutkan dalam artikel di Historia tentu saja kebenaran lokasi makam hanya berdasarkan kisah lisan turun temurun.
Kebenaran kisah keberhasilan Nyimas Utari membunuh JP Coen juga tak lepas dari kontroversi. Versi Belanda, menyebutkan JP Coen mati karena wabah kolera, jasadnya dimakamkan di Balai Kota (kini Museum Sejarah DKI / Museum Fatahillah), kemudian dipindahkan ke De Oude Hollandsche Kerk (Gereja Tua Belanda yang kini menjadi Museum Wayang). Sayangnya, saat arkeolog menggali makam untuk mencari sisa jasad, tulang belulangnya tidak pernah diketemukan. Untuk lebih memastikan kebenaran versinya, harusnya digali juga di anak tangga Imogiri itu ya. Tapi karena jelas tak mungkin dilakukan, versi mana yang benar, wallahu a’lam bishawab, silakan memilih mana yang kamu percayai.
Saya pribadi, lepas dari mana yang benar, kiprah Nyimas Utari sendiri sudah cukup luar biasa untuk menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia, khususnya para perempuan. Jangan insecure sama keberadaan bangsa lain, lalu jadi inferior. Kita ini bangsa yang gagah dan bermartabat sejak dulu, banyak kisah-kisah heroik yang sayangnya terlupakan (atau sengaja dibuat lupa oleh pihak-pihak tertentu? Supaya kita ngga bisa bersikap gagah berani dan mudah dikendalikan?)
Jawabannya bisa kita renungkan bersama…
📍Makam Nyimas Utari Gang Tapos BG Jalan Raya Tapos, Depok