Merasakan Kembali Kehidupan Bupati Terkaya di Bumi Kaler Sumedang

Tuntas mengelilingi alun-alun, yuk kita nyeberang ke selatannya! Ada apa di sana?

Sesuai dengan konsep catur gatra tunggal di Alun-alun Sumedang yang saya ceritakan kemarin, maka di bagian selatannya kita akan menemukan bangunan pemerintahan. Andai dulu Sumedang Larang tidak diakuisisi Mataram Islam, bisa jadi kita akan berkunjung ke keraton. Tapi karena pasca bergabung pada Mataram, ‘turun derajat’ jadi setingkat kabupaten, maka yang kita lihat sekarang adalah kabupaten.

Btw, komplek pemerintahan Kabupaten Sumedang saat ini pun sudah dipindah ke lokasi baru di Jalan Prabu Gajah Agung, menyisakan Gedung Negara dan Komplek Museum Prabu Geusan Ulun. Saya akan bahas dari yang paling menarik menurut saya ya, Bumi Kaler.

Sebelum jadi bagian dari komplek museum, Bumi Kaler adalah tempat tinggal keluarga Bupati Sumedang, Pangeran Soeria Koesoemah Adinata (Pangeran Soegih) yang memerintah Sumedang dari tahun 1836-1882. Beliau yang kemarin sempat saya sebut-sebut makamnya sekomplek dengan Makam Cut Nya Dien.

Bumi Kaler berada di belakang Gedung Srimanganti yang lebih dahulu dibangun. Saat ini posisinya berada di antara pepohonan dan halaman rumput yang terawat hijau dan asri.

Kalau kita lihat, bangunannya nampak seperti sebuah rumah panggung dibangun beralaskan lantai setinggi kurang lebih 50 cm, yang terbuat dari kayu jati dengan atap khas rumah Sunda. Eh, coba bandingin, atap rumahnya paling mirip sama yang mana?

Sesuai dengan namanya, Bumi Kaler berada di sebelah utara dan aslinya berdampingan dengan Bumi Kidul di selatannya. Sayangnya Bumi Kidul sudah rusak dimakan usia dan dibongkar pada masa pemerintahan Pangeran Aria Soeria Atmadja (Pangeran Mekkah), pengganti Pangeran Soegih.

Bumi Kaler dibangun pada tahun 1850, saat saya kunjungi usianya berarti sudah 173 tahun! Dinding, rangka atap, pintu dan jendela yang semua terbuat dari kayu juga masih bagus. Di dalam ada empat ruangan berlangit-langit tinggi, dilengkapi dengan pintu dan jendela yang juga tinggi-tinggi. Saya membayangkan, pagi-pagi buka pintu dan jendela lalu membiarkan udara segar dari halaman yang rindang menerobos masuk, ngga perlu aromaterapi sepertinya juga sudah stress-free!

Ini juga yang membuat saya berpikir, apakah suasananya bener senyaman itu, sampai bisa membuat pemiliknya hidup di dalamnya bersama empat (dari total 31) orang istrinya? Serius gengs, Pangeran Soegih yang terkenal sebagai salah satu bupati terkaya di tatar Sunda memang memiliki 31 orang istri. Satu orang istri dinikahinya sebelum bergelar bupati, tiga orang lain dinikahi setelah dilantik, menjadikan mereka layak menyandang gelar padmi. Dan 27 orang lainnya berstatus selir. Andai dinding rumah ini bisa bicara, saya mau nanya, apakah suasana masa lalu sedamai saat ini? Atau malah lebih damai?

Latar belakang ekonomi Pangeran Soegih sebagai menak juga membuat saya berpikir, kenapa membangun rumah berbahan kayu ya? Padahal sudah ada Gedung Srimanganti yang lebih dahulu ada dan berdinding tembok. Dinding tembok sama kayu pada masa itu lebih berkelas mana sih? Apakah sengaja dibangun dari kayu untuk mengurangi risiko bencana? Ah, sayang ngga ada catatan sejarahnya.

Sejak tahun 1982, Bumi Kaler menjadi bagian dari Museum Prabu Geusan Ulun. Bersama dengan Gedung Srimanganti, Gedung Pusaka, Gedung Gendeng, Gedung Gamelan, Gedung Kereta dan Gedung Bengkok alias Gedung Negara.

Di dalamnya tersimpan benda-benda kuno yang juga masih terawat baik. Yang sempat saya potret lukisan (ini belum terlalu tua, dilukis tahun 1977) Pangeran Kornel bersalaman dengan Daendels yang legendaris, juga meriam sisa jaman VOC. Selain itu, ada puade, (di Jawa kuade, cmiiw) alias semacam pelaminan yang digunakan Pangeran Soegih saat mengkhitankan putranya.

Ada juga kotak perhiasan dari kayu, macan hasil buruan yang diawetkan, satu set mebel Jepara hadiah dari R.M. Sosroningrat, ayah dari R.A Kartini dan koleksi naskah tua perpustakaan. Semua bisa kamu lihat dengan dipandu oleh petugas museum yang cukup fasih menjelaskan cerita-cerita sejarah di sini.

Apakah saya berhasil merasakan kembali kehidupan masa lalu penghuninya? Terlalu sulit ternyata, mengingat andai ada orang terkaya dengan 31 istri di masa sekarang, pasti rumahnya ngga seperti ini. Kamu gimana, bisa ngga?

📍Museum Prabu Geusan Ulun
Jl. Prabu Geusan Ulun No.40
Regol Wetan, Kec. Sumedang Selatan
Kabupaten Sumedang Jabar

Buka: Senin - Kamis, 08.00 - 14.00
HTM: Rp 5.000/orang

Leave a Comment