#bubusababaduy1
Starting strong is good. Finishing strong is epic…
– Robin Sharma
Quote paling pas, saat akhirnya saya tiba di Jembatan Gajeboh, titik akhir perjalanan Saba Baduy, Sabtu 15 Oktober lalu.
Jembatan Gajeboh adalah sebuah jembatan bambu ikonik yang menjadi penghubung antara wilayah Baduy Luar dan Baduy Dalam. Sesuai dengan namanya, ia terletak di Kampung Gajeboh, titik akhir perjalanan traveller yang berkunjung ke Baduy Luar.

Berbahan utama bambu yang disusun membentuk sebuah jembatan gantung. Yang ketika saya perhatikan, bambu-bambu penyangganya bertumpu dan diikat kuat dengan tali ijuk ke batang dan dahan pohon Angsana yang tumbuh di kedua sisi sungai. Jangan takut melintas, jembatannya cukup kokoh, mampu menanggung beban sekitar 5-6 orang dalam satu waktu.
Melintang sekitar 4 meter di atas Sungai Ciujung yang jernih mengalir tenang, di bawah lindungan pohon besar nan rimbun. Di tengah hari bercuaca cerah, sinar matahari yang berusaha menembus masuk nampak seperti pencahayaan alami. Eksotik!

Tak mengherankan kalau sebagian besar pengunjung tak akan melewatkan kesempatan berfoto di sini untuk mengabadikan momen.
Dari arah luar, begitu menyeberang kita akan disambut deretan warung sederhana milik warga setempat yang menjual makanan dan minuman ringan. Mereka menyediakan kursi bambu panjang di pinggiran sungai untuk duduk beristirahat. The real riverside spot sih ini..
Saya tiba di sana sekitar pukul 11.45, jelang tengah hari. Pemilik warung mempersilakan saya duduk, padahal saya belum beli apa-apa. Beliau bilang dengan bahasa Indonesia seadanya bercampur Sunda yang juga saya mengerti seadanya, “Istirahat dulu Bu, ngga baik melanjutkan perjalanan atau beraktivitas pas di tengah hari”. Rupanya, warga setempat punya kebiasaan untuk jeda dari aktivitas di waktu tengange/tengah hari.
Suasana heniiingg sekali, ada tiga warung di sini, kebetulan ketiganya sedang kosong. Saya yang introver ini merasa seperti menemukan sumber energi yang luar biasa. Beberapa menit saya habiskan hanya untuk berdiam di tengah jembatan, memanjakan mata sambil menikmati hembusan angin, suara air sungai yang berpadu dengan suara gesekan daun, sesekali muncul suara serangga pohon entah apa namanya.

Di sini tidak ada jaringan seluler sama sekali. Walhasil ponsel saya pun senyap, tidak ada notifikasi ini itu, tidak ada pesan yang harus dijawab, tidak sibuk posting. Menyenangkan juga ya, sesekali melambat dan terputus dari kesibukan dunia luar. Damai.
Tak berapa lama, suara ramai mulai terdengar, rombongan saya tiba. Tak salah saya memutuskan berjalan lebih dulu, ngejar colongan waktu hening, buat recharge energi. Kami sempatkan berfoto juga di jembatan dan warung tempat kami istirahat.

Tempat ini saya masukkan ke dalam rekomendasi tempat yang wajib kamu kunjungi, once in a lifetime lah.. Apa yang saya tuliskan ini hanya sepersekian dari perasaan dan pengalaman sesungguhnya. Selebihnya tak mampu saya tuangkan dalam kalimat.
Jaraknya ngga terlalu jauh juga dari Jakarta kan? Bagaimana cara menuju ke sini nanti saya tuliskan lagi di post berikut-berikutnya. Salam hangat dari Kanekes!