Pendopo Kabupaten Garut, Awal Mula Sebuah Cerita

Saya mulai cerita tentang Garut dari sini, sebuah komplek bangunan yang usianya bahkan lebih tua dari Kabupaten Garut itu sendiri.

Jadi, di jaman kolonial dulu, area Garut dan sekitarnya masuk dalam wilayah Kabupaten Limbangan, pusatnya di area Balubur, Limbangan, saat ini. Tahun 1811, di masa pemerintahan Daendels, Kabupaten Limbangan dibubarkan dengan pertimbangan produksi kopi turun drastis dan bupati menolak menanam tanaman nila/indigo sebagai pengganti.

Tahun 1813, masa pemerintahan Raffles, Kabupaten Limbangan dibentuk kembali dan dimulailah pencarian lahan baru untuk jadi pusatnya. Awalnya wilayah Suci sempat dipilih, namun karena kendala keterbatasan sumber air bersih, rencana tersebut dibatalkan. Hingga akhirnya area sekitar Garut kota saat ini yang terpilih, karena selain terdapat sumber mata air, wilayahnya dilintasi sungai Cimanuk dan pemandangan wilayah yang dikeliingi gunung ini sangat indah.

Di foto lama, terlihat pendopo dan babancong dengan gunung Cikuray sebagai latar belakangnya. Kemarin saat berkunjung, rupanya sudah tak mungkin memotret dengan angle yang sama. Keberadaan pagar yang membatasi area pendopo dengan alun-alun, membuat area bergerak saya juga jadi ikut terbatasi.

Babancong adalah sebuah bangunan semacam panggung di depan pendopo kabupaten, dulunya diperkirakan untuk tempat bupati dan keluarganya menghadiri atau menyaksikan kegiatan di alun-alun, tanpa harus bercampur dengan rakyat. Sampai hari ini, kondisinya terlihat berbentuk sangat persis dengan aslinya, dengan kondisi terawat baik, bersih dan kokoh.

Berbeda dengan babancong, pendopo nampak banyak perubahan. Saya bahkan tak bisa menangkap kesan tua dari bangunan yang sudah berusia 200 tahun lebih ini. Renovasinya benar-benar memunculkan kesan ‘baru’ pada bangunannya.

Yang nampak sedikit tua hanya bagian bawah gedung, susunan batu-batu yang menjadi alas penopang pilar-pilar khas masa kolonial, sedikit mengingatkan saya pada Wisma Karya  di Subang.

Pendopo dan babancong ini berada di sisi selatan Alun-alun Garut, di sisi timur terdapat penjara, dan di sisi barat terdapat masjid jami’, lengkap dengan sebuah gang bernama Gang Kaum. Nampak akrab dengan pola ini?

Area yang sekarang masuk dalam wilayah Kecamatan Garut Kota inilah cikal bakal Garut. Yang asal-usul namanya cukup bikin saya mikir, memang bisa  segitu simpelnya, sebuah kekeliruan pelafalan kata bisa jadi nama sebuah wilayah? Hehehe

Jadi pada saat area baru calon ibukota Kabupaten Limbangan ini belum punya nama, suatu hari, seorang pekerja yang sedang babad alas, mengeluh tangannya kakarut atau tergores semak belukar yang menutupi area telaga  Pejabat kolonial yang tidak bisa melafalkan kakarut dengan benar akhirnya menyebutnya gagarut.

Tanaman perdu yang membuat tangan para pekerja ini kemudian disebut Ki Garut, sedangkan telaganya disebut Cigarut. Keduanya sudah tak ada jejaknya, telaganya saat ini sudah menjadi daratan dan menjadi lokasi keberadaan SMPN 1 dan 2 Garut. Namun namanya abadi hingga saat ini, Garut.

Saya sih ngga terlalu ‘percaya’, tapi karena saya ngga nemu sumber catatan sejarah, yang benernya itu bagaimana,  kita selesaikan saja keraguan kebenarannya dengan wallahua’lam bishawab 😁.

Nama Garut sendiri baru dipakai secara resmi menggantikan nama Limbangan sebagai kabupaten pada tahun 1913. Saat ini Limbangan ‘hanya’ menjadi nama sebuah kecamatan di Kabupaten Garut.

Demikian cerita pembuka tentang Garut, kita lanjut di blog berikutnya!

Leave a Comment