Alun-alun Sumedang, Suasana Jawa di Tatar Sunda

Jalur masuk ke Sumedang dari arah Jakarta atau Bandung, sekarang ada dua, tol dan non tol. Keduanya akan bertemu di titik yang sama, simpang Tugu Mahkota Binokasih. Dari sini tinggal meluncur ke arah timur, kita akan langsung bertemu dengan pusat kota, Alun-alun Sumedang.

Agak kaget juga saya, terakhir lewat, sekitar empat tahun lalu, suasananya belum seperti sekarang. Tidak ingat detailnya, yang jelas pandangan rasanya tidak selapang sekarang. Rupanya alun-alun Sumedang termasuk satu dari 27 target revitalisasi alun-alun kota dan kabupaten di Jawa Barat, telah selesai direvitalisasi dan diresmikan Maret 2020 lalu dengan total biaya 16 miliar rupiah yang berasal dari APBD Provinsi Jawa Barat.

Kalau dilihat sekilas, alun-alun ini seperti alun-alun kota lain dengan desain dan tampilan yang kekinian dan instagrammable. Konsepnya adalah ruang publik yang lengkap dengan berbagai fasilitas, seperti arena bermain anak, ruang interaksi, papan informasi dan sudut sejarah Sumedang.

Tapi kalau diamati dengan seksama, alun-alun ini mengandung konsep catur gatra tunggal, sebuah konsep yang memandang bahwa pemerintahan tidak bisa dipisahkan dari aspek ekonomi, religius, dan sosial. Yang terwujud dalam tata pusat kota dengan alun-alun sebagai pusat ruang publik, bangunan pemerintahan di sisi selatan (bisa keraton atau pendopo kabupaten dsb), masjid di sisi barat dan pasar atau penjara di sisi timur.

Konsep ini bisa banget kita lihat di alun-alun Sumedang, di sisi selatan ada Gedung Negara, dulunya digunakan sebagai kediaman bupati, sisi barat ada Masjid Agung Sumedang, sisi timur Lapas Sumedang.

Kok bisa begitu? Ini kan tatar Sunda, bukan Jawa? Jangan lupa gengs, Sumedang pernah berada dalam kekuasaan Mataram Islam dan berubah status dari kerajaan menjadi kabupaten. Ini lah yang membuat Sumedang selain menjadi penerus hegemoni tatar Sunda karena menerima pusaka dari Kerajaan Sunda atau Pakuan Pajajaran, juga sebagai penyangga kebudayaan Mataram Islam.

Jadi, muatan sejarahnya alun-alun Sumedang ini bukan cuma di salah satu sudut yang ada display bupati-bupati terdahulu gengs, bahkan alun-alunnya sendiri pun cerminan sejarah perjalananan Sumedang. Jejak sejarah lain lagi adalah Monumen Lingga yang persis berada di jantung alun-alun dan komplek Gedung Negara dan Museum Prabu Geusan Ulun di seberang jalan sisi selatan. Nanti kita cerita-cerita lagi tentang kedua tempat ini ya.

📍 Alun-alun Sumedang 
Jl. Prabu Geusan Ulun
Regol Wetan, Sumedang

Leave a Comment